Rabu, 01 Agustus 2012


MOLA HIDATIDOSA



 created by : Marsely Silvia
1. Definisi
            Hamil Mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menajadi embrio tetapi terjadi profilerasi dari villi koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak dijumnpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur. Mola merupakan kegagalan fungsi reproduksi disini kehamilan berkembang menjadi keadan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan berupa degenerasi hidropik dari jonjot korion sehingga menyerupai gelembung. Penderita penyakit banyak ditemukan pada sosial ekonomi rendah umur dibawah 20 tahun dan diatas 34 tahun dan parilitas tinggi.
      Mola hidatidosa berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai satu atau dua centimeter. Secara hispatologik adalah edema stroma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan profelirasi trofoblas, sedangkan gambaran sitigenetiknya pada umumnya berupa 46 XX.

2. Etiologi
            Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Teori yang paling cocok dengan keadan adalah teori Acosta Sison yaitu defesiensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dari golongan sosial ekonomi rendah. Kelainan tersebut terjadi karena pembuahan sebuah sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sperma yang mengandung 23 X (haploid) kromosom, kemuadian membelah menjadi 46 XX, sehingga mola hidatidosa bersifat homozifgote, wanita dan androgenesis. Kadang-kadang terjadi pembuahan oleh 2 sperma, sehingga terjadi 46 XX atau 46 XY.

3. Patogenesis
            Teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit tromboblas. Teori missed abortion, mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu, karena terjadi ganguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung. Menurut Reynold, kematian, mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan 13 dan 21 yang meneyebabkan gangguan angiogenesis. Teori Neoplasma dari park mengatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas yang mempunyai fungsi abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung, hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
            Mola hidatidosa berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai satu atau dua centimeter.

4. Gambaran Klinik
            Pada umumnya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan biasa, mual, muntah pusing dan lain-lain, hanya derajat keluhannya sering lebih hebat sering diserta gejala seperti preeklamsia.  Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan.
            Perdarahan merupakan gejala utama mola. Biasanya perdarahan menyebabkan penderita datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan terjadi antara bulan pertama sampai ke tujuh dengan rata-rata 12 – 14 minggu. Sifat perdarahan intermiten, sedikit-sedikit aau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok dan kematian. Karena perdarahan umumnya menimbulkan anemia. Kehamilan mola bisa disertai preeklamsia(eklamsia) hanya perbedaannnya bahwa preeklamsia pada mola terjadi lebih muda dari pada kehamilan biasa. Penyulit yang serimg terjadi ialah tiroksikosa, berhubungan dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin besar kemungkinannya,. Mola dengan tiroksikosa mempunyai prognosis buruk baik dari segi kematian atau keganasan. Penderita biasanya meninggal karena krisis tiroid.

5. Diagnosis
      Adanya mola harus dicurigai bila ada wanita dengan amenorhoe, perdarahan pervagina, uterus lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti, seperti balotemen dan DJJ. Untuk memperkuat dilakukan pemeriksaan kadar HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dalam darah dan urine. Peninggian HCG terutama setelah hari ke-100, sangat sugesif. Bila belum jelas lakukan pemeriksaan foto abdomen, biopsi transplasental, pemeriksaan dengan sonde uterus, ultrasonografi (kasus mola menunjukan gambaran khas berupa badai salju /snow flake pattern.
      Diagnosis yang paling tepat kita melihat gelembung molanya, tetapi bila menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan banyak dan keadaan umum  pasien menurun.

6. Masalah dan Penanganan Umum
a.    Masalah
a)      Perdarahan pada kehamilan muda yang disertai dengan gejala mirif preeklamsi
b)      resiko tinggi untuik menjadi keganasan (karsiokarsinoma)
b.      Penanganan Umum
a)      Diagosis dini mengurangi prognosis
b)       Pemeriksaan USG sangat membantu dianosa. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatss, dapat dilakukan ;
·         Evaluasi klinik fokus pada ; riwayat haid terakhir dan kehamilan, perdarahan tidak teratur atau spoting, pembesaran abnormal uterus, perlunakan serviks dan korpus uteri.
·         Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urine
·         Pastikan tidak ada janin (batolemen) atau dJJ sebelum upaya diagnosa dengan perasat.
c)      Lakukan pengosongan jaringan mola segera
d)      Antisipasi komplikasi
e)      Lakukan pengamatan lanjut minimal 1 tahun pascaevakuasi.

7.  Terapi dan Penanganan Khusus
a.      Terapi
a)Perbaikan keadaan umum ;  pemberian tranfusi darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit preeklamsia dan tiroksikosa.
b)   Pengeluaran jaringan mola ; vakum kuretase tanpa pembiusan, untuk  memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum dilakukan dengan sendok kuret biasa yang tumpul cukup dilakukan satu kali. Kuret kedua dilakukan bila ada indikasi. Histerektomi dilakukan pada wanita yang cukup umur dan cukup mempunyai anak, alasan untuk melakukan histerektomi karena umur tua dan parilitas tinggi merupakan faktor presdisposisi terjadinya keganasan.
c)  Terapi profilaksis dengan sitistatika ; diberikan dengan resiko tinggi akan terjadinya keganasan misalnya umur tua atau parilitas tinggi. Biasanya diberikan metrotrexate atau acinomycin D dapat menghindarkan keganasan dan mengurangi koriokarsinoma diurterus 3 kali, namun berbahaya.
d)     Pemeriksan lebih lanjut ; Pengawasan berkisar satu sampai dua tahun. Untuk tidak mengacaukan pemeriksan penderita dianjurkan untuk tidak hamil menggunkan kondom atau pil KB. Pil anti hamil menghindarkan kehamilan dan menahan LH dari hifofisis sehingga tidak terjadi reaksi silang dengan HCG. Untuk menentukan keganasan dengan pemeriksan HCG.
b.      Penanganan Khusus
a)      Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalal 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes permenit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhdap pengosongan uterus secara cepat.
b)   Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari Kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri
c)   Kanali komplikasi dan tangani komplikasi penyerta seperti tiroksitosis atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi
d)     Anemia sedang cukup diberikan SFG 600 mgperhari, untuk anemia berat lakukan transfusi.
e)     Kadar HCG diatas 100.000 IU/L preevakuasi dianggap sebagi resiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk m,emberikan methotrexate (MTX) 3-5 mg/BB atau 25 mg IM dosis tunggal.
f)       Lakukan pemantauan kadar HCG hingga minimal 1 tahun pascaevakuasi.  Kadar  menetap atau meninggi setelah 8 mggu pasca evakuasi menunjukan masih terdapat trofoblas aktif (di luar uterus atau invasif) berikan kemoterapi MTX dan pantau β-HCG serta besar uterus secara klinis dan USG tisap 2 minggu.
g)      Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila menghentikan  fertilitas.
          
 www.marselysilvia90.blogspot.com
Sumber makalah :
1.      Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001.
2.      Ilmu Kebidanan , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar