Kontrasepsi Pil Kb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah alat untuk
mencegah kehamilan setelah berhubungan intim. Alat ini atau cara ini sifat
tidak permanen dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak apabila
diinginkan. Ada berbagai macam jenis Alat Kontrasepsi yang tersedia di pasaran
yang dapat dibeli dengan bebas.
Pil kontrasepsi dipergunakan oleh
kurang lebih 50 juta akseptor di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan
kurang lebih 60% akseptor mempergunakan pil kontrasepsi. Jumlah ini tampaknya
akan tetap tinggi dibandingkan dengan jumlah akseptor yang mempergunakan cara
kontrasepsi yang lain. Pil mengakibatkan perlunya tenaga pelayanan lebih banyak
dibandingkan IUD, sehingga merupakan beban yang berat bagi tenaga medis serta
para medis. Oleh karena itu perlu pelayanan yang diatur oleh tenaga terlatih
yang terdapat dalam masyarakat sendiri. Sehubungan dengan ini diperlukan
pengetahuan dasar serta petunjuk-petunjuk untuk pelaksana pelayanan tersebut,
baik untuk seleksi akseptor maupun cara mengatasi keluhan-keluhan yang
ditemukan (Sastrawinata, 2000).
Pil KB yang banyak
dipakai umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan progesteron. Ada
juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja
menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur
matang tidak terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah. Angka keberhasilan
memakai pil dibilang hampi selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Namun,
tidak semua wanita tidak boleh memilih pil, jika mengidap tumor yang
dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti tumor kandungan dan payudara,
mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh balik atau varices
thrombophlebitis, pernah serangan stroke dan mengidap penyakit kencing manis.
Mereka mutlak tidak boleh memakai pil, dan harus memilih cara kontrasepsi yang
lain. Yang perlu dipertimbangkan tidak
boleh memilih pil, apabila mengidap darah tinggi, migren, depresi, tumor jinak
rahim (mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karena obat dalam pil kurang lebih
sama dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu mempertimbangkan
kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor efek
sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala, air
tertahan dalam tubuh dan nyeri payudara. Sedangkan efek samping progesteron
menjadikan perdarahan vagina tidak teratur, nafsu makan bertambah sehingga
bertambah gemuk, muncul jerawat, haid jadi sedikit dan kemungkinan payudara
mengecil (Nadesul, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi kontrasepsi pil KB ?
2. Apa saja jenis-jenis dari pil KB ?
3. Apa kelemahan dan kelebihan menggunakan pil
KB ?
4. Apa efek samping dari pil KB ?
5. Apa kontra indikasi dari pil KB ?
6. Bagaimana cara penggunaan pil KB ?
7. Bagaimana Cara kerja Pil KB ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kontrasepsi dengan
pil KB.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari pil KB.
3. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
menggunakan pil KB.
4. Untuk mengetahui efek samping dari pil KB.
5. Untuk mengetahui kontra indikasi dari pil KB.
6. Untuk mengetahui cara penggunaan pil KB.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Pil KB adalah alat kontrasepsi
pencegah kehamilan atau pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara
per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang
banyak digunakan. Pil KB disukai karena relatif mudah didapat dan digunakan,
serta harganya murah.
Pil KB atau oral contraceptives pill
merupakan alat kontrasepsi hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang
dimasukkan melalui mulut (diminum), berisi hormon estrogen dan atau
progesteron. bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan
dengan menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan
efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten (Sastrawinata,
2000).
B. Jenis-jenis
Ada 5 jenis pil KB/kontrasepsi oral,
yaitu : (Saifuddin, 2006)
1. Pil kombinasi atau combination oral
contraceptive pil.
Pil KB yang mengandung estrogen dan
progesteron dan diminum sehari sekali. Estrogen dalam pil oral kombinasi,
terdiri dari etinil estradiol dan mestranol. Dosis etinil estradiol 30-35 mcq.
Dosis estrogen 35 mcq sama efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam mencegah
kehamilan. Progestin dalam pil oral kombinasi, terdiri dari noretindron,
etindiol diasetat , linestrenol, noretinodel, norgestrel, levonogestrel,
desogestrel dan gestoden.Terdiri dari 21-22 pil KB/kontrasepsi oral dan setiap
pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu
siklus. Pil KB/kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama
perdarahan haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya
setelah 2-3 hari sesudah pil KB/kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul
perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat. Penggunaan
pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama
ditelan pada hari pertama perdarahan haid.
Pil oral kombinasi mempunyai 2
kemasan, yaitu :
a. Kemasan 28 hari
7 pil (digunakan selama minggu
terakhir pada setiap siklus) tidak mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya
adalah zat besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan
diri minum pil setiap hari.
b. Kemasan 21 hari
Seluruh pil dalam kemasan ini
mengandung hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan
(mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7
hari tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7
setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau tidak. Jika
pasien merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika pasien yakin ia
minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal
walaupun haid tidak terjadi.
2. Pil KB/kontrasepsi oral tipe sekuensial
Pil dibuat seperti urutan hormon yang
dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut,
estrogen hanya diberikan selama 14-16 hari pertama diikuti oleh kombinasi
progestron dan estrogen selama 5-7 hari terakhir. Terdiri dari 14-15 pil
KB/kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi
kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe
kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan
hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Pil KB/kontrasepsi oral tipe pil mini
Pil mini kadang-kadang disebut pil
masa menyusui. Pil mini yaitu pil KB yang hanya mengandung progesteron saja dan
diminum sehari sekali. Berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel,
dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe
kombinasi. Dosis progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil kombinasi.
Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5 mg atau kurang. Karena dosisnya kecil
maka pil mini diminum setiap hari pada waktu yang sama selama siklus haid
bahkan selama haid.
Contoh pil mini, yaitu :
a. Micrinor, NOR-QD, noriday, norod menganddung
0,35 mg noretindron.
b. Microval, noregeston, microlut mengandunng
0,03 mg levonogestrol.
c. Ourette, noegest mengandung 0,5 mg
norgeestrel.
d. Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.
e. Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat.
4. Pil KB/kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama
(morning after pill)
Morning after pill merupakan pil yang
mengandung hormon estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan
darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor. Berisi
dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam
pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.
5. Once A Moth Pill
Pil hormon yang mengandung estrogen
yang ”long acting” yaitu pil yang diberikan untuk wanita yang mempunyai
Biological Half Life panjang.
Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah
tersedia, namun masih terbatas antara lain :
1. Mifepristone, yaitu alat kontrasepsi oral
harian yang mengandung anti progesteron yang digunakan dalam uji klinis
penelitian.
2. Ormeloxifene (centchroman), yaitu alat
kontrasepsi oral yang berupa modulator reseptor estrogen yang digunakan 1-2
kali per minggu dan hanya tersedia di India.
C. Kelemahan dan Kelebihan
• Pil oral kombinasi
Kelemahan :
1. Mahal
2. Penggunaan pil harus diminum setiap hari dan
bila lupa minum akan meningkatkan kegagalan.
3. Perdarahan bercak dan “breakthrough
bleeding”.
4. Ada interaksi dengan beberapa jenis obat
(rifampisin, barbiturat, fenitoin, fenilbutason dan antibiotik tertentu).
5. Tidak mencegah penyakit menular seksual, HBV,
HIV/AIDS.
6. Efek samping ringan/jarang, namun dapat
berupa amenorea, mual, rasa tidak enak di payudara, sakit kepala, mengurangi
ASI, berat badan meningkat, jerawat, perubahan mood, pusing, serta retensi
cairan, tekanan darah tinggi, komplikasi sirkulasi yang jarang namun bisa
berbahaya khususnya buat perokok.
Kelebihan :
1. Sangat efektif sebagai kontrasepsi.
2. Resiko terhadap kesehatan sangat baik.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Mudah digunakan.
5. Mudah dihentikan setiap saat.
6. Mengurangi perdarahan saat haid.
7. Mengurangi insidens gangguan menstruasi.
8. Mengurangi insidens anemia defisiensi besi.
9. Mengurangi insidens kista ovarium.
10.Mengurangi insidens tumor jinak mammae.
11.Mengurangi karsinoma endometrium.
12.Mengurangi infeksi radang panggul.
13.Mengurangi osteoporosis.
14.Mengurangi rheumatoid artritis.
15.Mengurangi kehamilan ektopik.
• Pil Mini
Kelebihan:
1. Sangat efektif apabila digunakan secara
benar.
2. Tidak mempengaruhi air susu ibu.
3. Nyaman, mudah digunakan.
4. Tidak mengganggu hubungan seksual.
Kelemahan :
1. Mahal.
2. Menjadi kurang efektif bila menyusui
berrkurang.
3. “Breaktfrough bleeding” perdarahan bercaak,
amenorea dan haid tidak
teratur.
4. Harus diminum setiap hari (bila lupa minnum
maka kemungkinan hamil).
5. Gejala khusus : nyeri kepala, perubahan mood,
penambahan atau penurunan berat badan, payudara menegang, nausea, pusing,
dermatitis atau jerawat, hiersutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang
berlebihan pada daerah muka) sangat jarang.
6. Bagi wanita yang pernah mengalami kehamiilan
ektopik, pil mini tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium di masa
depan.
7. Tidak melindungi dari penyakit menular
sseksual, HBV, HIV/AIDS.(Sarifuddin, 2006)
D. Efek Samping
Gejala-gejala sampingan yang mungkin timbul
selama penggunaan pil berupa gejala-gejala subjektif dan objektif.
Gejala-gejala subyektif, yaitu :
1. Mual/muntah (terutama tiga bulan pertama).
2 Sakit kepala ringan, migraine.
3. Nyeri payudara (rasa sakit/tegang pada buah
dada).
4. Tidak ada haid.
5. Sukar untuk tidak lupa.
6. Kemasan baru selalu harus tersedia setelah
pil kemasan sebelumnya habis.
7. Nafsu makan bertambah.
8. Cepat lelah .
9. Mudah tersinggung, depresi.
10. Libido bertambah/berkurang.
Gejala-gejala obyektif, yaitu :
1. Sedikit meningkatkan berat badan.
2. Tekanan darah meninggi.
3. Gangguan pola perdarahan yaitu menorrhagia,
metrorrgia, spotting, perdarahan diantara masa haid (lebih sering perdarahan
bercak), terutama bila lupa menelan pil atau terlambat menelan pil.
4. Perubahan pada kulit: acne, kulit beminyak,
pigmentasi/ chloasma.
5. Keputihan (flour albus).
6. Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena
mengganggu jumlah dan kualitas Air Susu Ibu (ASI).
7. Tidak dapat dipakai oleh perokok berat, atau
wanita dengan tekanan darah tinggi terutama pada usia > 35 tahun.
Biasanya gejala-gejala sampingan yang
timbul merupakan gejala sampingan yang ringan dan yang sering ditemukan adalah
:
a. Mual/muntah
Mual/muntah sering ditemukan pada
siklus pertama dan dapat berulang pad silkus berikutnya. Pada umumnya
mual/muntah ini kan menghilang bila penggunaan pil dteruskan. Bila mual/muntah
masih berlangsung terus maka harus difikirkan tentang kemungkinan kehamilan
serta sebab-sebab lainnya. Biloa sebab-sebab lainnya telah disingkirkan dan
mula/muntah berlangsung terus, sebaiknya diganti dengan cara lain.
b. Pusing, sakit kepala
Kadang-kadang keluhan ini dirasakan
oleh karena kecemasan menggunkan pil kontrasepsi, bahkan keluhan dapat
dirasakan pada tablet inaktif diminum. Hal ini agaknya serupa dengan
premenstrual headache. Migraine kemudian akan menyembuh atau kadang-kadang
malah menghebat. Harus difikirkan kemungkinan thrombosis cerebri bila migraine
timbul secra tiba-tiba dan hebat atau nyeri kepala yang hebat.
c. Nyeri/tegang pada buah dada
Pada siklus pertama buah dada dapat
teras nyeri/ tegang tetapi gejala ini segera menghilang pada siklus berikutnya.
d. Hyperpigmentasi/choasma
Hyperpigmentasi/choasma dapat timbul
pada beberapa pemakai pil kontrasepsi terutama mereka yang berdiam didaerah
yang bnayak mendapat sinar matahari. Hanya dengan mengentikan penggunaan pil
kontrasepsi ini, gejala akan menghilang lambat laun.
e. Kulit berminyak, acne
Acne dapat timbul terutama bila
memakai pil kontrasepsi yang mengandung progestogen yang bersifat androgenik.
Dengan mengganti dengan pil yang mengandung progestogen yang tidak bersifat
androgenik akan mengurangi gejala ini.
f. Keputihan/ fluor albus
Seperti pada kehamilan kemungkinan mendapat
infeksi dengan monilia lebih besar. Ini mungkin disebabkan oleh pengaruh
antiestrogenik dari progestogen yang dipergunakan serta perubahan Ph dan flora
vagina. Bila setelah pengobatan belum sembuh, sebaiknya penggunaan pil
kontrasepsi dihentikan dan diganti dengan cara lain sampai gejala-gejala
menghilang.
g. Penambahan berat badan
Dalam beberapa bulan pertama dapat
terjadi kenaikan berat badan sampai kurang lebih 1 kilogram. Ini disebabkan
oleh retensi cairan atau akibat perubahan metabolik yang terjadi. Penambahan
berat badab lebih dari 4 kg harus diawasi dan bila tidak dapat diatur dengan
diet, sebaiknya pil dihentikan dan diganti dengan cara lain.
h. Gangguan dalam pola perdarahan/menstruasi
Pada umumnya jumlah darah yang keluar
pada waktu menstruasi akan berkurang. Kadang-kadang terjadi breakthrough
bleeding atau spotting pada waktu penggnaan pil kontrasepsi. Gejala-gejala ini
akan menghilang dengan sendirinya, tetapi bila masih terdapat, sebaiknya pil
diganti dengan yang mengandung estrogen lebih tinggi. Harus pula disingkirkan
kemungkinan-kemungkinan penyebab lainnya terutama pada akseptor yang telah
lama.
Amenorrhoe atau missed (silent
menstruation) dapat terjadi pada beberapa kasus. Bila terjadi selama dua siklus
berturut-turut, haruslah diperiksa terhadap kemungkinan adanya kehamilan.
Setelah kehamilan disingkarkan dan ternyata setelah tiga siklus, menstruasi
belum juga terjadi maka sebaiknya pil kontrasepsi dihentikan sampai menstruasi
kembali sperti semula. Smentara ini dianjurkan untuk memakai cara kontrasepsi
yang lian.
Kadang-kadang terjadi pula amenorrhoe
setelah penggunaan pil berhenti atau diikuti pula dengan galactorrhoe. Pada
kasus-kasus demikian fertilitas akan kembali dengan sendirinya setelah beberapa
waktu atau dapat pula diberikan clomiphen citrat. Bila dengan cara ini masih
belum berhasil dapat pula dicoba dengan human menopausal gonadotrophin.
Pengaruh pil kontrasepsi terhadap
keadaan tubuh lainnya, yaitu :
1. Metabolisme karbohidrat
Pil dapat menimbulkan GTT yang
abnormal pada kurang lebih 40 % akseptor. Oleh karena itu penderita DM yang
menggunakan pil kontrasepsi harus diawasi dengan baik.
2. Kelenjar thyroid
Oleh pengaruh estrogen dalam pil
kontrasepsi akan terlihat kenaikan thyroksin binding globulin dan protein bound
iodine.
3. Kesuburan setelah berhenti dengan pil
kontrasepsi
Pada beberapa akseptor, ovulasi
timbulnya agak terlambat, tetapi pada umumnya tidak menunjukan terlambatnya
ovulasi. Induksi ovulasi dengan clomiphen bila perlu dapat dicoba.
4. Pengaruh terhadap persalinan kemudian
Kelainan kongenital tidak jelas
tampak sebagai akibat penggunaan pil kontrasekpsi sebelum kehamilan. Bila
terjadi kehamilan, pil kontrasepsi harus segera dihentikan. Pada beberapa
penyelidikan dikemukakan kemungkinan terjadinya carcinoma vaginae pada anak di
kemudian hari bila pil terus dimakan dalam keadaan hamil.
5. Pengaruh terhadap laktasi
Estrogen akan menghambat laktasi yang
sudah berjalan dan memperpendek masa laktasi, tetapi dengan dosisrendah
pengsruh ini dapat dikurangi. Sebaliknya mini pil yang hanya mengandung
progestrogen tidak mempengaruhi laktasi.
6. Kardiovaskuler
Beberapa penyelidik terutama dari
Amerika dan Inggris melaporkan bahwa thrombophlebitis disertai atau tidak
disertai dengan emboli paru-paru serta thrombosis cerebral meninggi pada
pemakai pil kontrasepsi. Kemungkinan ini lebih besar pada akseptor dengan umur
tua obesitas dan perokok. Dinegara-negara yang sedang berkembang, kematian oleh
kehamilan dan persalinan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kematian oleh
thromboemboli.
7. Tumor ganas
Tidak didapatkan bukti yang nyata
bahwa pil kontrasepsi menimbulkan keganasan pada alat-alat genital. Bila
ditemukan keganasan, pil kontrasepsi harus segera dihentikan. Diduga pil
kontrasepsi mengurangi insidens tumor mammae yang jinak. Penagruh carcinogenik
pada Ca mammae belum diketahui dengan jelas. Sebagian, estrogen meberikan
pengaruh yang buruk pada Ca mammae pada masa premenopause, tetapi pada masa
postmenpause malah dapat menimbulkan regresi Ca mammae tersebut.
8. Icterus
Pil kontrasepsi hendaknya tidak
diberikan pada wanita yang pernah menderita chronic idiopathic jaundice dan
pruritus generalisata yang terjadi berulang-ulang selama kehamilan. Penderita
yang pernah mengalami virus hepatitis sebaiknya tidak diberikan pil
kontrasepsi, kecuali bila faal hepar telah normal kembali.
9. Hypertensi
Tensi harus diperiksa sebelum mulai
mempergunakan pil kontrasepsi. Hypertensi sendiri bukan merupakan
kontraindikasi absolut, tetapi pengawasan tekanan darah ahrus dilakukan lebih
teliti. Bila tensi naik melebihi 160 mmHg sistolik dan 105 mmHg diastolik,
harus diberikan oengobatan terhadap hypertensinya atau pil kontrasepsi lain.
Gejala hypertensi sering timbul pada wanita yang sebelumnya pernah mengalami
hypertensi selama kehamilan atau terdapat riwayat hypertensi dalam keluarga.
10. Depresi
Pada wanita dapat terjadi
perubahan-perubahan perasaannya(mood) selama siklus menstruasi. Kadang-kadang
sekali dapat terjadi suatu episode depresi pada pemakai pil kontrasepsi. Bila
ini terjadi, pil kontrasepsi dapat dihentikan dan diganti dengan cara
kontrasepsi yang lain.
11.Libido
Kontrasepsi dengan steroid dapat
menambah libido pada wanita. Ini disebabkan pengaruh steroid tersebut dan
hilangnya ketakutan untuk menjadi hamil. Biasanya frekuensi coitus menurun
setelah ovulasi, tetapi dengan pil kontrasepsi perubahan ini tidak tampak.
Kadang-kadang sekali terdapat wanita yang mengeluh libidonya berkurang dan
dalam hal ini sebaiknya pil oral dihentikan (Sastrawinata, 2000).
E. Kontra Indikasi
Kontra indikasi dari penggunaan
berbagai jenis pil KB adalah sebagai berikut :
1. Kehamilan,
2. Kecurigaan atau adanya Carcinoma mammae,
3. Adanya neoplasma yang dipengaruhi oleh
estrogen,
4. Menderita penyakit thromboemboli atau varices
yang luas,
5. Faal hepar yang terganggu,
6. Perdarahan per vagina yang tidak diketahui
sebabnya.
Selain itu, indikasi untuk memilih
pil kontrasepsi dengan dosis estrogen yang lebih tnggi (misalnya sequential),
adalah :
• Siklus yang sangan tidak teratur,
• Acne,
• Depresi premenstruil.
Dalam keadaan lain seperti laktasi
dan adanya riwayat keluarga dengan penyakit thromboemboli, sebaiknya dipilih
mini pil (Sastrawinata, 2000).
Kontra indikasi setiap jenis pil berbeda-beda.
Kontra indikasi untuk absolut pil oral kombinasi, yaitu tromboplebitis atau
tromboemboli, sebelumnya dengan tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan
serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga karsinoma
mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium, diketahui atau diduga
neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan abnormal genitalia yang tidak
diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar,
diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, serta tumor hati yang ada
sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.
Kontra indikasi untuk relatif pil
oral kombinasi, yaitu sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal,
diabetes gestasional atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varices, umur
lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell,
asma, kolestasis selama kehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu,
riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit rheumatik yang
fatal atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, serta kolitis
ulseratif.
Kontraindikasi pil mini, yaitu wanita
yang berusia lebih tua dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, ada
riwayat kehamilan ektopik, diketahui atau dicurigai hamil melalui anamnesis,
gejala atau tanda kehamilan positif, benjolan di payudara atau dicurigai kanker
payudara, gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata),
serta ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak atau ganas (Saifuddin,
dkk. 2000).
F. Cara Penggunaan
Panduan cara penggunaan pil KB adalah sebagai
berikut : (Saifuddin, 2006)
1. Pil Kombinasi
a. Petunjuk Umum
Berikut ini adalah panduan penggunaan
pil kombinasi secara umum :
1. Pil kombinasi sebaiknya diminum setiap hari
pada saat yang sama.
2. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama
sampai hari ke tujuh siklus haid.
3. Penggunaan pil kombinasi dianjurkan diminum
pada hari pertama haid.
4. Pada kemasan 28 pil, dianjurkan mulai minum
pil plasebo sesuai dengan hari yang ada
pada kemasan.
5. Bila kemasan 28 pil habis, sebaiknya mulai
minum pil dari kemasan yang baru.
6. Bila kemasan 21 pil habis, tunggu 1 minggu
kemudian mulai minum pil dari kemasan yang baru.
7. Minum pil yang lain, apabila terjadi muntah
dalam waktu 2 jam setelah meminumnya.
8. Penggunaan pil kombinasi dapat diteruskan,
apabila tidak memperburuk keadaan saat terjadi muntah hebat atau diare lebih
dari 24 jam.
9. Penggunaan pil apabila terjadi muntah dan
diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih sama dengan aturan minum pil lupa.
10. Tes kehamilan dilakukan apabila tidak haid.
b. Aturan Pil Lupa
Apabila lupa minum 1 pil (hari 1-21),
maka setelah ingat segera minum 2 pil pada hari yang sama (tidak perlu
menggunakan metode kontrasepsi lain). Apabila lupa minum 2 pil (hari 1-21),
sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai jadual yang ditetapkan (sebaiknya
menggunakan metode kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual
sampai pil habis).
c. Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Tidak
Menyusui
Pil kombinasi diminum setelah 3
minggu post partum. Jika sudah 6 minggu post partum dan sudah melakukan
hubungan seksual, sebaiknya menunggu haid dan gunakan metode barier.
d. Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang
Menyusui
Petunjuk untuk pasien post partum
yang menyusui sama dengan petunjuk umum dan aturan pil lupa. Sebelum
menggunakan pil kombinasi, berikan konseling dan KIE pada pasien tentang
berbagai metode kontrasepsi.
2. Pil Sequential
Pil ini dibuat seperti urutan hormon
yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon
tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14–16 hari pertama diikuti oleh
kombinasi progestron dan estrogen selama 5–7 hari terakhir.
3. Mini Pil atau Pil Progestin
a. Waktu Mulai Menggunakan Mini Pil atau Pil
Progestin
Mini pil mulai dapat digunakan pada
hari pertama sampai hari ke lima pada siklus haid (tidak memerlukan metode
kontrasepsi lain) apabila:
1. Lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan
pasien telah mendapat haid.
2. Pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi non
hormonal dan ingin ganti dengan mini pil.
3. Pasien sebelumnya menggunakan AKDR (termasuk
AKDR yang mengandung hormon).
Mini pil mulai dapat digunakan setiap
saat apabila :
1. Diduga tidak terjadi kehamilan.
2. Pasien mengalami amenorea (tidak haid) dan
dipastikan tidak hamil (sebaiknya jangan melakukan hubungan seksual selama 2
hari atau gunakan kontrasepsi lain untuk 2 hari).
3. Menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca
persalinan dan tidak haid (bila menyusui penuh, tidak memerlukan kontrasepsi
tambahan).
Selain itu, mini pil
dapat digunakan saat :
1. Bila sebelumnya pasien menggunakan
kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti dengan mini pil. Pil dapat segera
diberikan dan tidak perlu menunggu haid berikutnya, apabila penggunaan
kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar dan tidak hamil.
2. Bila sebelumnya pasien menggunakan
kontrasepsi suntikan dan ingin ganti mini pil. Pil dapat diberikan pada jadual
suntikan berikutnya dan tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan lain.
b. Cara Minum Mini
Pil atau Pil Progestin
Di bawah ini merupakan petunjuk minum pil
progestin atau mini pil, yaitu:
1. Mini pil diminum setiap hari pada saat yang
sama sampai habis.
2. Pil pertama sebaiknya diminum pada saat hari
pertama siklus haid.
3. Metode barier digunakan pada hari ke tujuh
atau 4-6 minggu post partum walaupun haid belum kembali.
4. Pada pasien 9 bulan post partum sebaiknya
beralih menggunakan pil kombinasi karena efektifitas mini pil mulai menurun.
5. Bila pasien muntah dalam waktu 2 jam setelah
menggunakan pil, minum pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain jika
akan melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.
6. Meskipun pasien belum haid, mulai paket baru
sehari setelah paket terakhir habis.
7. Bila pasien mendapat haid teratur setiap
bulan dan kehilangan 1 siklus (tidak haid), atau merasa hamil, maka lakukan tes
kehamilan.
8. Apabila pasien mengalami spotting atau
perdarahan selama masa interval, tetap minum pil sesuai jadual (perdarahan
biasa terjadi selama bulan-bulan pertama).
9. Apabila pasien mengalami kram, nyeri perut
hebat atau demam maka segera periksa ke pelayanan kesehatan.
10. Sarankan pada pasien untuk menggunakan
kondom ataupun spermisida selain memakai mini pil apabila kemungkinan
terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HBV dan HIV/AIDS) atau lupa minum
pil.
c. Aturan Pil Lupa
Cara minum pil-pil yang terlupa selama 7 hari
pertama antara lain:
1. Bila lupa minum pil atau terlambat minum pil,
segera minum pil saat ingat dan gunakan metode barier selama 48 jam.
2. Bila pasien lupa minum 1 atau 2 pil, segera
minum pil yang terlupa dan gunakan metode barier sampai akhir bulan.
d. Hal yang Perlu Disampaikan pada Pasien
Informasi yang perlu disampaikan pada pasien
antara lain:
1. Penggunaan mini pil akan merubah pola haid
terutama 2 atau 3 bulan pertama. Pada umumnya perubahan pola haid ini hanya
bersifat sementara dan tidak mengganggu kesehatan.
2. Penggunaan mini pil akan menimbulkan efek
samping seperti mual, pusing, ataupun nyeri payudara.
3. Efektifitas penggunaan mini pil akan
berkurang, bila pasien mengkonsumsi obat-obatan tuberkulosis ataupun epilepsi.
4. Bila beberapa bulan mengalami haid teratur
kemudian terlambat haid, kemungkinan terjadi kehamilan.
5. Bila mengeluh perdarahan bercak disertai
nyeri hebat pada perut, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik.
6. Masalah penglihatan kabur, nyeri kepala
hebat, kemungkinan terjadi hipertensi atau masalah vaskuler.
7. Segera ke pelayanan kesehatan apabila
menjumpai masalah-masalah di atas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah
kehamilan atau pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara
per-oral/kontrasepsi oral.
2. Jenis-jenis dari pil KB ada 5, yaitu pil
kombinasi atau combination oral contraceptive pill, minipill, pil sekuenseal,
once a month pill, dan morning after pill.
3. Penggunaan pil KB jenis pil oral kombinasi
Kelemahan :
a. Mahal
b. Penggunaan pil harus diminum setiap hari
c. Perdarahan bercak dan “breakthrough
bleeding”.
d. Ada interaksi dengan beberapa jenis obat
(rifampisin, barbiturat, fenitoin, fenilbutason dan antibiotik tertentu).
e. Tidak mencegah penyakit menular seksual, HBV,
HIV/AIDS.
Kelebihan:
a. Sangat efektif sebagai kontrasepsi.
b. Resiko terhadap kesehatan sangat baik.
c. Tidak mengganggu hubungan seksual.
d. Mudah digunakan.
e. Mudah dihentikan setiap saat.
Penggunaan Pil Mini
Kelebihan :
a. Sangat efektif apabila digunakan secara
benar.
b. Tidak mempengaruhi air susu ibu.
c. Nyaman, mudah digunakan.
d. Tidak mengganggu hubungan seksual.
Kelemahan :
a. Mahal.
b. Menjadi kurang efektif bila menyusui berrkurang.
c. “Breaktfrough bleeding” perdarahan bercaak,
amenorea dan haid tidak teratur.
d. Harus diminum setiap hari (bila lupa minnum
maka kemungkinan hamil).
4. Efek samping dari pil KB yaitu menimbulkan
gejala subjektif dan objektif, serta akan menimbulkan mual/muntah, pusing,
tegang pada payudara, chloasma, kulit berminyak, jerawat, keputihan, penambahan
berat badan, dan gangguan pada menstruasi,
5. Kontra indikasi dari pil KB, yaitu :
a. Kehamilan,
b. Kecurigaan atau adanya Carcinoma mammae,
c. Adanya neoplasma yang dipengaryhi oleh
estrogen,
d. Menderita penyakit thromboemboli atau varices
yang luas,
e. Faal hepar yang terganggu,
f. Perdarahan per vagina yang tidak diketahui
sebabnya.
6. Cara penggunaan pil KB yaitu pil ditelan
setiap hari secara teratur, dianjurkan agar menelan pil pada malam hari
(sebelum tidur, pada saat makan malam). Bila satu pil aktif lupa, maka segera
telan setelah ingat.
B. Saran
Sebaiknya pil KB diminum menjelang tidur setiap
hari sehingga resiko lupa dapat diperkecil karena salah satu faktor
keberhasilan dalam penggunaan pil KB adalah kedisiplinan untuk meminum pil KB.
DAFTAR PUSTAKA
Notoadmojo.
2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
PT.Rineka Cipta. Jakarta
Saifuddin.
2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Praworohardjo
Sundquist.
2000. Kontrasepsi : Apa Yang Terbaik Bagi
Anda. Arcan. Jakarta.
Wiknjosastro.
2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta
Wiryo.
2001. Gema Prima Perilaku. (Online).
Tersedia : http//www.tempo.co.id