Rabu, 03 Mei 2017

Bidan Marsely Silvia S.ST

Standar Pelayanan Ante Natal Care ( ANC ) 14T

Pelayanan/Asuhan Standar  Minimal Asuhan Kehamilan termasuk dalam "14T"

1)    Ukur Berat badan dan Tinggi Badan ( T1 ). Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelu hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar anatar 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

2)    Ukur Tekanan Darah ( T2). Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi.

3)    Ukur Tinggi Fundus Uteri ( T3 ) Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.


Ukuran Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan sesuai minggu
Jarak dari simfisis
22 – 28 Minggu
24-25 cm
28  Minggu
26,7 cm
30 Minggu
29,5 – 30 cm
32 Minggu
31 cm
34 Minggu
32 cm
36 Minggu
33 cm
40 Minggu
37,7 cm
 4)   Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan ( T4 )
 5)   Pemberian Imunisasi TT ( T5 ) Imunisasi Tetanus Toxoid harus segera di berikan pada saat seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada minggu ke-4.
       

Interval dan Lama Perlindungan Tetanus Toxoid
Imunisasi TT
Selang Waktu minimal pemberian Imunisasi TT
Lama Perlindungan
TT1
-
Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit Tetanus
TT2
1 bulan setelah TT1
3 Tahun
TT3
6 bulan setelah TT2
6 Tahun
TT4
12 Bulan setelah TT3
10 Tahun
TT5
12 Bulan setelah TT4
≥25 Tahun
6)    Pemeriksaan Hb ( T6 ) Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg As. Folat hingga Hb menjadi 11 gr% atau lebih.
7)    Pemeriksaan VDRL ( Veneral Disease Research Lab. ) ( T7 ) pemeriksaan dilakukan pada saat Bumil datang pertama kali daambil spesimen darah vena kurang lebih 2 cc. apabila hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan..
8)    Pemeriksaan Protein urine ( T8 ) dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala Preeklampsi.
9)    Pemeriksaan Urine Reduksi ( T9 )  untuk Bumil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya DMG.
10)  Perawatan Payudara ( T10 ) senam payudara atau perawatan payudara untuk Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 Minggu.
11)  Senam Hamil ( T11 )
12)  Pemberian Obat Malaria ( T12 ) diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai mengigil dan hasil apusan darah yang positif.
13)   Pemberian Kapsul Minyak Yodium ( T13 ) diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap Tumbuh kembang Manusia.
14)   Temu wicara / Konseling ( T14 )
Terimakasih dan semoga bermanfaat.... 
Bidan Marsely Silvia S.ST


Pengertian Asuhan Standar Minimal 7T 
Pelayanan atau standar asuhan antenatal care 7T yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan, oleh tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seseorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Selama pertumbuhan dan perkembangan dari bulan ke bulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan–perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya (Mandriwati, 2007).
Pelayanan antenatal care terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Dalam pelayanan antenatal terpadu, bidan yakin bahwa kesehatan secara menyeluruh, meliputi pemberian informasi yang relevan dan objektif, konseling, serta memfasilitasi klien yang menjadi tanggung jawabnya. Asuhan harus diberikan dengan keyakinan bahwa dengan dukungan dan perhatian, perempuan akan bersalin dengan aman dan selamat. Oleh karena itu, asuhan kebidanan harus aman, memuaskan, menghormati, serta memberdayakan perempuan dan keluarga. (Sunarsih, dkk, 2011)
Setiap kehamilan merupakan peristiwa alamiah, peran bidan mendampingi, memberi asuhan, mendeteksi agar kehamilan yang fisiologis tidak bergeser menjadi patologis. Kehamilan melibatkan perubahan fisik, emosional maupun sosial. Kehamilan yang normal akan menghasilkan bayi yang sehat, lahir cukup bulan, kesejahteraan ibu dan janin baik, sehingga mampu melalui persalinan dan nifas yang baik, tanpa komplikasi dan ibu sesehat-sehatnya postpartum. (Wahyuningsih, 2009) 
Kebijakan program kunjungan/pemeriksaan kehamilan dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan, sesuai dengan anjuran WHO, yaitu : (Heni puji, 2009). 
  • Satu kali pada trimester pertama. 
  • Satu kali pada trimester kedua. 
  • Dua kali pada trimester ketiga. 

Tujuan Pelayanan Antenatal Care 
Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Setiap kemungkinan mempunyai kemungkinan untuk dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan. Asuhan pada ibu hamil secara keseluruhan mengupayakan kehamilan yang sehat bagi ibu dan janin. Penting bagi bidan atau tenaga kesehatan untuk secara kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologis kehamilan terhadap ibu dan keluarganya. Serta mengembangkan persiapan persalinan dan kesiagaan menghadapi komplikasi. 
Adapun tujuan asuhan kehamilan tersebut adalah : 
  • Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang bayi. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi. 
  • Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan. 
  • Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 
  • Mempersiapkan agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif 
  • Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (JNPKKR/POGI,2002:90) 
3. Standar Pelayanan antenatal care 7T 
Pelayanan atau standar asuhan antenatal care 7T yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yaitu : (Kementrian Kesehatan RI, 2012) 
  1. Timbang berat badan. Timbang berat badan merupakan ukuran yang terpenting, penimbangan berat badan pada setiap kunjungan antenatal harus dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Pertumbuhan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. 
  2. Ukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah pada pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklamsi (hipertensi disertai edema wajah atau tungkai bawah, dan protein urin). Tekanan darah diastolik merupakan indikator untuk prognosis penanganan hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien (seperti pada tekanan sistolik). (Kusmiyati, 2010). Tekanan darah biasa normal kecuali bila ada kelainan. Bila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih, mintalah ibu berbaring miring ke kiri kemudian ukurlah tekanan darahnya. Bila tekanan darah tetap tinggi menunjukkan ibu menderita preeklampsia yang harus dirujuk ke dokter. Bila ibu menderita preeklampsia maka pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap minggu dan dianjurkan merencanakan kelahiran di Rumah Sakit. (Mufdlilah, 2009) 
  3. Ukur tinggi fundus uteri. Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran tinggi fundus uteri menggunakan pita pengukur (pita centimeter) setelah kehamilan 24 minggu. 
  4. Pemberian imunisasi TT lengkap. Imunisasi TT adalah imunisasi yang diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kunjungan antenatal pertama, pemberian imunisasi TT pada ibu hamil sesuai dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapat perlindungan terhadap infeksi tetatus. Ibu hamil dengan status T5 (TT Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi. Jadwal pemberian imunisasi, yaitu : (Wahyuningsih, dkk, 2009).
  5. Pemberian tablet besi Pemberian tablet besi adalah sebesar 60 mg dan asam folat 500mg adalah kebijakan program pelayanan antenatal dalam upaya untuk mencegah anemi dan untuk pertumbuhan otak bayi, sehingga mencegah kerusakan otak pada bayi. Setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak pemeriksaan pertama. Tablet sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Jika ditemukan/diduga anemia berikan 2-3 tablet zat besi per hari. Selain itu untuk memastikannya dilakukan pemeriksaan darah hemoglobin untuk mengetahui kadar Hb yang dilakukan 2 kali selama masa kehamilan yaitu pada saat kunjungan awal dan pada usia kehamilan 28 minggu. 
  6. Tes PMS (Penyakit Menular Seksual) Menganjurkan untuk pemeriksaan Infeksi Menular Seksual lain pada kecurigaan adanya resiko IMS 
  7. Temu wicara (konseling) Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi : 
  • Kesehatan Ibu. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ketenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9 -10 jam per hari) dan tidak bekerja keras. 
  • Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi dua kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan. 
  • Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan. Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga, atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan, dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan. 
  • Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda – tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, maupun nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas. Mengenal tanda – tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan. 
  • Asupan Gizi Seimbang. Selama hamil ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilannya. 
  • Gejala Penyakit Menular dan Tidak Menular. Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala – gejala penyakit menular dan penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya. 
  • Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Pemberian ASI Eksklusif. Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan. 
  • KB (Keluarga Berencana) Paska Persalinan. Ibu hamil diberikan pengarah tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga. .
Kebijakan Program Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.  
  1. Kunjungan trimester 1. Trimester pertama berlangsung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) sampai usia kehamilan 12 minggu. Umumnya ibu hamil baru memeriksakan kehamilannya ketika berusia 6 minggu, karena pada saat itulah kebanyakan ibu hamil baru menyadari akan kehamilannya. Ada juga yang sudah menyadari sejak 4 minggu atau malah setelah 8 minggu. Adapun pelayanan yang diberikan oleh tenaga keshatan pada trimester iniadalah anamnesa. Anamnesa adalah wawancara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan ibu hamil untuk memperoleh data yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan merencanakan tindakan perawatan. Selain itu identitas calon ibu dan pasangannya, juga akan dikumpulkan informasi yang berkaitan dengan kehamilan, seperti : lama terlambat haid, HPHT, perubahan yang dirasakan calon ibu, riwayat kehamilan sebelumnya (jika bukan kehamilan yang pertama), pernah atau tidak keguguran, operasi saesar, hamil diluar kandungan, penyakit keluarga maupun penyakit yang sedang diderita seperti jantung, kencing manis, hipertensi, asma, kebiasaan hidup tidak sehat seperti minum alkohol, merokok, drug abuse (obat-obatan terlarang), dan lain-lain. Semua informasi tersebut akan dicacat dalam buku rekam medis, seperti : perubahan pada ibu, mual muntah, pusing dan hasil pemeriksaan fisik. 
  2. Kunjungan Trimester Kedua. Kunjungan pada trimester kedua usia kehamilan ibu lebih dari 12 minggu yang akan berlangsung hingga usia kehamilan 28 minggu. Boleh dikatakan trimester kedua merupakan tahapan yang paling nyaman. Hampir semua keluhan menghilang dan selera makan ibu kembali normal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pemeriksaan fisik pada trimester pertama, ibu akan ditimbang berat badannya, diukur tekanan darahnya, denyut nadinya. Untuk berat badan pada 3 bulan pertama, kenaikannya berkisar 1-2,5 kg. Mulai trimester kedua ini, peningkatan berat badan lebih dari 500 gram/minggu (2.000 gram/minggu) harus diwaspadai karena merupakan indikasi preeklamsi. Sedangkan berat badan menetap atau menurun biasa menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan pada janin. Oleh sebab itu pemeriksaan berat badan sangat penting dilakukan seperti halnya pengukuran tekanan darah. Disebut hipertensi apabila tekananan darah 140/90 mmHg atau lebih, hipertensi ini berbahaya karena pembuluh darah menyempit sehingga asupan makanan ke bayi akan terhambat dan pertumbuhan janin juga akan terhambat (Solahuddin, 2009). Perubahan fisik pada trimester kedua yaitu kehamilan ibu semakin kelihatan seiring dengan perkembangan janin perut ibu semakin besar. Agar lebih nyaman, gunakan busana untuk ibu hamil. Perubahan pada garis tengah kulit perut yang terlihat lebih gelap karena mengalami herpigmentasi warna hitam kecokelatan, membentuk garis vertikal yang disebut linea nigra dan akan menghilang setelah melahirkan. Selain itu juga terlihat striae gravidarum terlihat pada bagian perut, payudara dan bokong dan akan menghilang setelah bayi lahir (Solahuddin, 2009). 
  3. Kunjungan Trimester Ketiga Kunjungan pada trimester ketiga ini usia kehamilan ibu lebih dari 28 minggu sampai usia 40 minggu. Mulai trimester ketiga ini sampai usia kehamilan 36 minggu ibu hamil harus kontrol rutin dua minggu sekali untuk mengontrol perkembangan janin lebih intensif. Pemeriksaan fisik pada trimester ini sama dengan pemeriksaan sebelumnya. Tenaga kesehatan akan mengevaluasi kenaikan berat badan ibu, pada trimester ketiga ini sekitar 500 gram per minggu atau tidak boleh lebih dari 2 kg selama sebulan. Tenaga kesehatan juga akan mengukur tekanan darah, nadi dan pernapasan ibu. Rasa yang tidak nyaman semakin meningkat pada perut ibu seiring dengan berkembangnya kehamilan. Gerakan janin pun semakin bertambah dan terasa kuat dengan intensitas makin sering. Ibu masih merasakan sakit/nyeri pada bagian punggung, sulit bernapas, mudah lelah, dalam hal ini biasanya tenaga kesehatan menganjurkan kepada ibu agar menggunakan bantal sedikit lebih tinggi agar ibu tidak sesak pada saat tidur. Biasanya masuk trimester ketiga, ibu hamil kembali stres karena khawatir menghadapi kehamilan yang semakin membesar dan memikirkan persalinan nanti, juga mengkhawatirkan bagaimana kondisi bayinya kelak bisakah lahir sempurna atau ada kecacatan atau kelainan yang tidak terprediksi. Padahal kondisi stres merangsang pengeluaran hormon adrenalin secara berlebihan hingga ibu mudah terusik dan mudah melampiaskan kemarahan kepada orang lain (Solahuddin, 2009). Pada trimester ketiga ini setelah usia kehamilan 36 minggu, sebaiknya ibu hamil yang bekerja mulai mengambil cuti untuk persiapan menghadapi persalinannya. Tenaga kesehatan memberitahukan kepada ibu apa-apa saja tanda-tanda mulainya persalinan. 
Sumber
  • Karyawati, dkk, 2011. Asuhan Kebidanan V. Jakarta: CV Trans Info Media 
  • Kusmiyati, Yuni dkk, 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya Mochtar R., 1998. Sinopsis Obstectric Jilid 1 Edisi Ke 2. Jakarta: EGC 
  • Mudfila, 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta: Mitra Cendikia Off Set 
  • Soepardan S, 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC 
  • Rauf N.I., Amir M.Y., Balqis, 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Minasa Upa Kota Makassar tahun 2013 Rostiati E, 2013. Evaluasi Kinerja Bidan Puskesmas dan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Perpus. UNS.ac.id 
  • Rukiyah, Ai Y dkk, 2009. Asuhan Kebidanan (kehamilan). Jakarta: CV Trans Info Media

Kamis, 09 Mei 2013

Kontrasepsi Pil Kb

Kontrasepsi Pil Kb




BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim. Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak apabila diinginkan. Ada berbagai macam jenis Alat Kontrasepsi yang tersedia di pasaran yang dapat dibeli dengan bebas.      
            Pil kontrasepsi dipergunakan oleh kurang lebih 50 juta akseptor di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan kurang lebih 60% akseptor mempergunakan pil kontrasepsi. Jumlah ini tampaknya akan tetap tinggi dibandingkan dengan jumlah akseptor yang mempergunakan cara kontrasepsi yang lain. Pil mengakibatkan perlunya tenaga pelayanan lebih banyak dibandingkan IUD, sehingga merupakan beban yang berat bagi tenaga medis serta para medis. Oleh karena itu perlu pelayanan yang diatur oleh tenaga terlatih yang terdapat dalam masyarakat sendiri. Sehubungan dengan ini diperlukan pengetahuan dasar serta petunjuk-petunjuk untuk pelaksana pelayanan tersebut, baik untuk seleksi akseptor maupun cara mengatasi keluhan-keluhan yang ditemukan (Sastrawinata, 2000).
Pil KB yang banyak dipakai umumnya berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan progesteron. Ada juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon ini bekerja menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak terjadi, maka kehamilan pun tidak berbuah.    Angka keberhasilan memakai pil dibilang hampi selalu efektif dalam mencegah kehamilan. Namun, tidak semua wanita tidak boleh memilih pil, jika mengidap tumor yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, seperti tumor kandungan dan payudara, mengidap penyakit hati aktif, penyakit pembuluh balik atau varices thrombophlebitis, pernah serangan stroke dan mengidap penyakit kencing manis. Mereka mutlak tidak boleh memakai pil, dan harus memilih cara kontrasepsi yang lain. Yang  perlu dipertimbangkan tidak boleh memilih pil, apabila mengidap darah tinggi, migren, depresi, tumor jinak rahim (mioma uteri) dan haidnya jarang. Oleh karena obat dalam pil kurang lebih sama dengan obat suntik, maka memilih suntikan juga perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi akseptor. Pilihan pil KB sering ditinggalkan karena faktor efek sampingnya. Efek samping estrogen sering menimbulkan mual, nyeri kepala, air tertahan dalam tubuh dan nyeri payudara. Sedangkan efek samping progesteron menjadikan perdarahan vagina tidak teratur, nafsu makan bertambah sehingga bertambah gemuk, muncul jerawat, haid jadi sedikit dan kemungkinan payudara mengecil (Nadesul, 2007).

B. Rumusan Masalah 
1. Apakah definisi kontrasepsi pil KB ?        
2. Apa saja jenis-jenis dari pil KB ?   
3. Apa kelemahan dan kelebihan menggunakan pil KB ?     
4. Apa efek samping dari pil KB ?    
5. Apa kontra indikasi dari pil KB ?  
6. Bagaimana cara penggunaan pil KB ?
7. Bagaimana Cara kerja Pil KB ?     

C. Tujuan       
1. Untuk mengetahui definisi kontrasepsi dengan pil KB.    
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari pil KB. 
3. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan menggunakan pil KB.        
4. Untuk mengetahui efek samping dari pil KB.       
5. Untuk mengetahui kontra indikasi dari pil KB.     
6. Untuk mengetahui cara penggunaan pil KB.         


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi
            Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB disukai karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah.
            Pil KB atau oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi hormonal yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui mulut (diminum), berisi hormon estrogen dan atau progesteron. bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau mencegah kehamilan dengan menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap bulannya. Pil KB akan efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan konsisten (Sastrawinata, 2000). 

B. Jenis-jenis  
            Ada 5 jenis pil KB/kontrasepsi oral, yaitu : (Saifuddin, 2006)
1. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pil.      
            Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan diminum sehari sekali. Estrogen dalam pil oral kombinasi, terdiri dari etinil estradiol dan mestranol. Dosis etinil estradiol 30-35 mcq. Dosis estrogen 35 mcq sama efektifnya dengan estrogen 50 mcq dalam mencegah kehamilan. Progestin dalam pil oral kombinasi, terdiri dari noretindron, etindiol diasetat , linestrenol, noretinodel, norgestrel, levonogestrel, desogestrel dan gestoden.Terdiri dari 21-22 pil KB/kontrasepsi oral dan setiap pilnya berisi derivat estrogen dan progestin dosis kecil, untuk pengunaan satu siklus. Pil KB/kontrasepsi oral pertama mulai diminum pada hari pertama perdarahan haid, selanjutnya setiap pil hari 1 pil selama 21-22 hari. Umumnya setelah 2-3 hari sesudah pil KB/kontrasepsi oral terakhir diminum, akan timbul perdarahan haid, yang sebenarnya merupakan perdarahan putus obat. Penggunaan pada siklus selanjutnya, sama seperti siklus sebelumnya, yaitu pil pertama ditelan pada hari pertama perdarahan haid.   
            Pil oral kombinasi mempunyai 2 kemasan, yaitu :     
a. Kemasan 28 hari     
            7 pil (digunakan selama minggu terakhir pada setiap siklus) tidak mengandung hormon wanita. Sebagai gantinya adalah zat besi atau zat inert. Pil-pil ini membantu pasien untuk membiasakan diri minum pil setiap hari.

b. Kemasan 21 hari    
            Seluruh pil dalam kemasan ini mengandung hormon. Interval 7 hari tanpa pil akan menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan baru) pasien mungkin akan mengalami haid selama 7 hari tersebut tetapi pasien harus memulai siklus pil barunya pada hari ke-7 setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau tidak. Jika pasien merasa mungkin hamil, ia harus memeriksakan diri. Jika pasien yakin ia minum pil dengan benar, pasien dapat mengulangi pil tersebut sesuai jadwal walaupun haid tidak terjadi.


2. Pil KB/kontrasepsi oral tipe sekuensial      
            Pil dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14-16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5-7 hari terakhir. Terdiri dari 14-15 pil KB/kontrasepsi oral yang berisi derivat estrogen dan 7 pil berikutnya berisi kombinasi estrogen dan progestin. Cara penggunaannya sama dengan tipe kombinasi. Efektivitasnya sedikit lebih rendah dan lebih sering menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.   

3. Pil KB/kontrasepsi oral tipe pil mini          
            Pil mini kadang-kadang disebut pil masa menyusui. Pil mini yaitu pil KB yang hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari sekali. Berisi derivat progestin, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe kombinasi. Dosis progestin dalam pil mini lebih rendah daripada pil kombinasi. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,5 mg atau kurang. Karena dosisnya kecil maka pil mini diminum setiap hari pada waktu yang sama selama siklus haid bahkan selama haid. 

Contoh pil mini, yaitu :          
a. Micrinor, NOR-QD, noriday, norod menganddung 0,35 mg noretindron.
b. Microval, noregeston, microlut mengandunng 0,03 mg levonogestrol.
c. Ourette, noegest mengandung 0,5 mg norgeestrel.
d. Exluton mengandung 0,5 mg linestrenol.  
e. Femulen mengandung 0,5 mg etinodial diassetat. 

4. Pil KB/kontrasepsi oral tipe pil pascasanggama (morning after pill)         
            Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor. Berisi dietilstilbestrol 25 mg, diminum 2 kali sehari, dalam waktu kurang dari 72 jam pascasanggama, selama 5 hari berturut-turut.           

5. Once A Moth Pill   
            Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”long acting” yaitu pil yang diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.     
Jenis kontrasepsi oral yang lain dan sudah tersedia, namun masih terbatas antara lain :       
1. Mifepristone, yaitu alat kontrasepsi oral harian yang mengandung anti progesteron yang digunakan dalam uji klinis penelitian.    
2. Ormeloxifene (centchroman), yaitu alat kontrasepsi oral yang berupa modulator reseptor estrogen yang digunakan 1-2 kali per minggu dan hanya tersedia di India. 

C. Kelemahan dan Kelebihan
• Pil oral kombinasi    
Kelemahan :               
1. Mahal         
2. Penggunaan pil harus diminum setiap hari dan bila lupa minum akan meningkatkan kegagalan. 
3. Perdarahan bercak dan “breakthrough bleeding”. 
4. Ada interaksi dengan beberapa jenis obat (rifampisin, barbiturat, fenitoin, fenilbutason dan antibiotik tertentu).        
5. Tidak mencegah penyakit menular seksual, HBV, HIV/AIDS.
6. Efek samping ringan/jarang, namun dapat berupa amenorea, mual, rasa tidak enak di payudara, sakit kepala, mengurangi ASI, berat badan meningkat, jerawat, perubahan mood, pusing, serta retensi cairan, tekanan darah tinggi, komplikasi sirkulasi yang jarang namun bisa berbahaya khususnya buat perokok.     

Kelebihan :     
1. Sangat efektif sebagai kontrasepsi.
2. Resiko terhadap kesehatan sangat baik.    
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.      
4. Mudah digunakan. 
5. Mudah dihentikan setiap saat.       
6. Mengurangi perdarahan saat haid. 
7. Mengurangi insidens gangguan menstruasi.          
8. Mengurangi insidens anemia defisiensi besi.         
9. Mengurangi insidens kista ovarium.          
10.Mengurangi insidens tumor jinak mammae.         
11.Mengurangi karsinoma endometrium.      
12.Mengurangi infeksi radang panggul.        
13.Mengurangi osteoporosis. 
14.Mengurangi rheumatoid artritis.   
15.Mengurangi kehamilan ektopik.    
• Pil Mini        
Kelebihan:      
1. Sangat efektif apabila digunakan secara benar.     
2. Tidak mempengaruhi air susu ibu. 
3. Nyaman, mudah digunakan.          
4. Tidak mengganggu hubungan seksual.      

Kelemahan :   
1. Mahal.        
2. Menjadi kurang efektif bila menyusui berrkurang.
3. “Breaktfrough bleeding” perdarahan bercaak, amenorea dan haid tidak
    teratur.        
4. Harus diminum setiap hari (bila lupa minnum maka kemungkinan hamil).
5. Gejala khusus : nyeri kepala, perubahan mood, penambahan atau penurunan  berat badan, payudara menegang, nausea, pusing, dermatitis atau jerawat, hiersutisme (pertumbuhan rambut atau bulu yang berlebihan pada daerah muka) sangat jarang.
6. Bagi wanita yang pernah mengalami kehamiilan ektopik, pil mini tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium di masa depan. 
7. Tidak melindungi dari penyakit menular sseksual, HBV, HIV/AIDS.(Sarifuddin, 2006)           

D. Efek Samping       
Gejala-gejala sampingan yang mungkin timbul selama penggunaan pil berupa gejala-gejala subjektif dan objektif. Gejala-gejala subyektif, yaitu :        
1. Mual/muntah (terutama tiga bulan pertama).         
2 Sakit kepala ringan, migraine.         
3. Nyeri payudara (rasa sakit/tegang pada buah dada).         
4. Tidak ada haid.      
5. Sukar untuk tidak lupa.      
6. Kemasan baru selalu harus tersedia setelah pil kemasan sebelumnya habis.          
7. Nafsu makan bertambah.   
8. Cepat lelah .           
9. Mudah tersinggung, depresi.         
10. Libido bertambah/berkurang.       

Gejala-gejala obyektif, yaitu :
1. Sedikit meningkatkan berat badan.           
2. Tekanan darah meninggi.   
3. Gangguan pola perdarahan yaitu menorrhagia, metrorrgia, spotting, perdarahan diantara masa haid (lebih sering perdarahan bercak), terutama bila lupa menelan pil atau terlambat menelan pil.        
4. Perubahan pada kulit: acne, kulit beminyak, pigmentasi/ chloasma.
5. Keputihan (flour albus).     
6. Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena mengganggu jumlah dan kualitas Air Susu Ibu (ASI).      
7. Tidak dapat dipakai oleh perokok berat, atau wanita dengan tekanan darah tinggi terutama pada usia > 35 tahun.
            Biasanya gejala-gejala sampingan yang timbul merupakan gejala sampingan yang ringan dan yang sering ditemukan adalah :
a. Mual/muntah          
            Mual/muntah sering ditemukan pada siklus pertama dan dapat berulang pad silkus berikutnya. Pada umumnya mual/muntah ini kan menghilang bila penggunaan pil dteruskan. Bila mual/muntah masih berlangsung terus maka harus difikirkan tentang kemungkinan kehamilan serta sebab-sebab lainnya. Biloa sebab-sebab lainnya telah disingkirkan dan mula/muntah berlangsung terus, sebaiknya diganti dengan cara lain.
b. Pusing, sakit kepala
            Kadang-kadang keluhan ini dirasakan oleh karena kecemasan menggunkan pil kontrasepsi, bahkan keluhan dapat dirasakan pada tablet inaktif diminum. Hal ini agaknya serupa dengan premenstrual headache. Migraine kemudian akan menyembuh atau kadang-kadang malah menghebat. Harus difikirkan kemungkinan thrombosis cerebri bila migraine timbul secra tiba-tiba dan hebat atau nyeri kepala yang hebat.
c. Nyeri/tegang pada buah dada        
            Pada siklus pertama buah dada dapat teras nyeri/ tegang tetapi gejala ini segera menghilang pada siklus berikutnya. 
d. Hyperpigmentasi/choasma 
            Hyperpigmentasi/choasma dapat timbul pada beberapa pemakai pil kontrasepsi terutama mereka yang berdiam didaerah yang bnayak mendapat sinar matahari. Hanya dengan mengentikan penggunaan pil kontrasepsi ini, gejala akan menghilang lambat laun.
e. Kulit berminyak, acne        
            Acne dapat timbul terutama bila memakai pil kontrasepsi yang mengandung progestogen yang bersifat androgenik. Dengan mengganti dengan pil yang mengandung progestogen yang tidak bersifat androgenik akan mengurangi gejala ini.         
f. Keputihan/ fluor albus        
Seperti pada kehamilan kemungkinan mendapat infeksi dengan monilia lebih besar. Ini mungkin disebabkan oleh pengaruh antiestrogenik dari progestogen yang dipergunakan serta perubahan Ph dan flora vagina. Bila setelah pengobatan belum sembuh, sebaiknya penggunaan pil kontrasepsi dihentikan dan diganti dengan cara lain sampai gejala-gejala menghilang.
g. Penambahan berat badan   
            Dalam beberapa bulan pertama dapat terjadi kenaikan berat badan sampai kurang lebih 1 kilogram. Ini disebabkan oleh retensi cairan atau akibat perubahan metabolik yang terjadi. Penambahan berat badab lebih dari 4 kg harus diawasi dan bila tidak dapat diatur dengan diet, sebaiknya pil dihentikan dan diganti dengan cara lain.

h. Gangguan dalam pola perdarahan/menstruasi       
            Pada umumnya jumlah darah yang keluar pada waktu menstruasi akan berkurang. Kadang-kadang terjadi breakthrough bleeding atau spotting pada waktu penggnaan pil kontrasepsi. Gejala-gejala ini akan menghilang dengan sendirinya, tetapi bila masih terdapat, sebaiknya pil diganti dengan yang mengandung estrogen lebih tinggi. Harus pula disingkirkan kemungkinan-kemungkinan penyebab lainnya terutama pada akseptor yang telah lama.       
            Amenorrhoe atau missed (silent menstruation) dapat terjadi pada beberapa kasus. Bila terjadi selama dua siklus berturut-turut, haruslah diperiksa terhadap kemungkinan adanya kehamilan. Setelah kehamilan disingkarkan dan ternyata setelah tiga siklus, menstruasi belum juga terjadi maka sebaiknya pil kontrasepsi dihentikan sampai menstruasi kembali sperti semula. Smentara ini dianjurkan untuk memakai cara kontrasepsi yang lian.        
            Kadang-kadang terjadi pula amenorrhoe setelah penggunaan pil berhenti atau diikuti pula dengan galactorrhoe. Pada kasus-kasus demikian fertilitas akan kembali dengan sendirinya setelah beberapa waktu atau dapat pula diberikan clomiphen citrat. Bila dengan cara ini masih belum berhasil dapat pula dicoba dengan human menopausal gonadotrophin.

            Pengaruh pil kontrasepsi terhadap keadaan tubuh lainnya, yaitu :
1. Metabolisme karbohidrat   
            Pil dapat menimbulkan GTT yang abnormal pada kurang lebih 40 % akseptor. Oleh karena itu penderita DM yang menggunakan pil kontrasepsi harus diawasi dengan baik.        
2. Kelenjar thyroid     
            Oleh pengaruh estrogen dalam pil kontrasepsi akan terlihat kenaikan thyroksin binding globulin dan protein bound iodine.
3. Kesuburan setelah berhenti dengan pil kontrasepsi           
            Pada beberapa akseptor, ovulasi timbulnya agak terlambat, tetapi pada umumnya tidak menunjukan terlambatnya ovulasi. Induksi ovulasi dengan clomiphen bila perlu dapat dicoba.   
4. Pengaruh terhadap persalinan kemudian   
            Kelainan kongenital tidak jelas tampak sebagai akibat penggunaan pil kontrasekpsi sebelum kehamilan. Bila terjadi kehamilan, pil kontrasepsi harus segera dihentikan. Pada beberapa penyelidikan dikemukakan kemungkinan terjadinya carcinoma vaginae pada anak di kemudian hari bila pil terus dimakan dalam keadaan hamil.
5. Pengaruh terhadap laktasi  
            Estrogen akan menghambat laktasi yang sudah berjalan dan memperpendek masa laktasi, tetapi dengan dosisrendah pengsruh ini dapat dikurangi. Sebaliknya mini pil yang hanya mengandung progestrogen tidak mempengaruhi laktasi.  
6. Kardiovaskuler       
            Beberapa penyelidik terutama dari Amerika dan Inggris melaporkan bahwa thrombophlebitis disertai atau tidak disertai dengan emboli paru-paru serta thrombosis cerebral meninggi pada pemakai pil kontrasepsi. Kemungkinan ini lebih besar pada akseptor dengan umur tua obesitas dan perokok. Dinegara-negara yang sedang berkembang, kematian oleh kehamilan dan persalinan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kematian oleh thromboemboli.
7. Tumor ganas           
            Tidak didapatkan bukti yang nyata bahwa pil kontrasepsi menimbulkan keganasan pada alat-alat genital. Bila ditemukan keganasan, pil kontrasepsi harus segera dihentikan. Diduga pil kontrasepsi mengurangi insidens tumor mammae yang jinak. Penagruh carcinogenik pada Ca mammae belum diketahui dengan jelas. Sebagian, estrogen meberikan pengaruh yang buruk pada Ca mammae pada masa premenopause, tetapi pada masa postmenpause malah dapat menimbulkan regresi Ca mammae tersebut.  
8. Icterus        
            Pil kontrasepsi hendaknya tidak diberikan pada wanita yang pernah menderita chronic idiopathic jaundice dan pruritus generalisata yang terjadi berulang-ulang selama kehamilan. Penderita yang pernah mengalami virus hepatitis sebaiknya tidak diberikan pil kontrasepsi, kecuali bila faal hepar telah normal kembali.          
9. Hypertensi  
            Tensi harus diperiksa sebelum mulai mempergunakan pil kontrasepsi. Hypertensi sendiri bukan merupakan kontraindikasi absolut, tetapi pengawasan tekanan darah ahrus dilakukan lebih teliti. Bila tensi naik melebihi 160 mmHg sistolik dan 105 mmHg diastolik, harus diberikan oengobatan terhadap hypertensinya atau pil kontrasepsi lain. Gejala hypertensi sering timbul pada wanita yang sebelumnya pernah mengalami hypertensi selama kehamilan atau terdapat riwayat hypertensi dalam keluarga. 
10. Depresi     
            Pada wanita dapat terjadi perubahan-perubahan perasaannya(mood) selama siklus menstruasi. Kadang-kadang sekali dapat terjadi suatu episode depresi pada pemakai pil kontrasepsi. Bila ini terjadi, pil kontrasepsi dapat dihentikan dan diganti dengan cara kontrasepsi yang lain.



11.Libido           
 Kontrasepsi dengan steroid dapat menambah libido pada wanita. Ini disebabkan pengaruh steroid tersebut dan hilangnya ketakutan untuk menjadi hamil. Biasanya frekuensi coitus menurun setelah ovulasi, tetapi dengan pil kontrasepsi perubahan ini tidak tampak. Kadang-kadang sekali terdapat wanita yang mengeluh libidonya berkurang dan dalam hal ini sebaiknya pil oral dihentikan (Sastrawinata, 2000).          
E. Kontra Indikasi     
            Kontra indikasi dari penggunaan berbagai jenis pil KB adalah sebagai berikut :
1. Kehamilan, 
2. Kecurigaan atau adanya Carcinoma mammae,      
3. Adanya neoplasma yang dipengaruhi oleh estrogen,         
4. Menderita penyakit thromboemboli atau varices yang luas,          
5. Faal hepar yang terganggu,
6. Perdarahan per vagina yang tidak diketahui sebabnya.     
            Selain itu, indikasi untuk memilih pil kontrasepsi dengan dosis estrogen yang lebih tnggi (misalnya sequential), adalah :   
• Siklus yang sangan tidak teratur,    
• Acne,           
• Depresi premenstruil.           
            Dalam keadaan lain seperti laktasi dan adanya riwayat keluarga dengan penyakit thromboemboli, sebaiknya dipilih mini pil (Sastrawinata, 2000).
Kontra indikasi setiap jenis pil berbeda-beda. Kontra indikasi untuk absolut pil oral kombinasi, yaitu tromboplebitis atau tromboemboli, sebelumnya dengan tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium, diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan abnormal genitalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati, serta tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang mengandung estrogen.         
            Kontra indikasi untuk relatif pil oral kombinasi, yaitu sakit kepala (migrain), disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestasional atau pre diabetes, hipertensi, depresi, varices, umur lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis selama kehamilan, hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang terkena penyakit rheumatik yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM sebelum usia 50 tahun, serta kolitis ulseratif. 
            Kontraindikasi pil mini, yaitu wanita yang berusia lebih tua dengan perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, ada riwayat kehamilan ektopik, diketahui atau dicurigai hamil melalui anamnesis, gejala atau tanda kehamilan positif, benjolan di payudara atau dicurigai kanker payudara, gangguan tromboemboli aktif (bekuan di tungkai, paru atau mata), serta ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak atau ganas (Saifuddin, dkk. 2000).

F. Cara Penggunaan   
Panduan cara penggunaan pil KB adalah sebagai berikut : (Saifuddin, 2006)
1. Pil Kombinasi         
a. Petunjuk Umum     
            Berikut ini adalah panduan penggunaan pil kombinasi secara umum :
1. Pil kombinasi sebaiknya diminum setiap hari pada saat yang sama.          
2. Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke tujuh siklus haid.      
3. Penggunaan pil kombinasi dianjurkan diminum pada hari pertama haid.  
4. Pada kemasan 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari   yang ada pada kemasan.           
5. Bila kemasan 28 pil habis, sebaiknya mulai minum pil dari kemasan yang baru.  
6. Bila kemasan 21 pil habis, tunggu 1 minggu kemudian mulai minum pil dari kemasan yang baru.          
7. Minum pil yang lain, apabila terjadi muntah dalam waktu 2 jam setelah meminumnya.   
8. Penggunaan pil kombinasi dapat diteruskan, apabila tidak memperburuk keadaan saat terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam.          
9. Penggunaan pil apabila terjadi muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih sama dengan aturan minum pil lupa.          
10. Tes kehamilan dilakukan apabila tidak haid.
           
b. Aturan Pil Lupa     
            Apabila lupa minum 1 pil (hari 1-21), maka setelah ingat segera minum 2 pil pada hari yang sama (tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain). Apabila lupa minum 2 pil (hari 1-21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai jadual yang ditetapkan (sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai pil habis).       

c. Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Tidak Menyusui          
            Pil kombinasi diminum setelah 3 minggu post partum. Jika sudah 6 minggu post partum dan sudah melakukan hubungan seksual, sebaiknya menunggu haid dan gunakan metode barier.
d. Petunjuk Untuk Pasien Post Partum yang Menyusui        
            Petunjuk untuk pasien post partum yang menyusui sama dengan petunjuk umum dan aturan pil lupa. Sebelum menggunakan pil kombinasi, berikan konseling dan KIE pada pasien tentang berbagai metode kontrasepsi.         

2. Pil Sequential         
            Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14–16 hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5–7 hari terakhir.      

3. Mini Pil atau Pil Progestin 
a. Waktu Mulai Menggunakan Mini Pil atau Pil Progestin    
            Mini pil mulai dapat digunakan pada hari pertama sampai hari ke lima pada siklus haid (tidak memerlukan metode kontrasepsi lain) apabila:
1. Lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan pasien telah mendapat haid.   
2. Pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin ganti dengan mini pil.    
3. Pasien sebelumnya menggunakan AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon).          
            Mini pil mulai dapat digunakan setiap saat apabila : 
1. Diduga tidak terjadi kehamilan.    
2. Pasien mengalami amenorea (tidak haid) dan dipastikan tidak hamil (sebaiknya jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau gunakan kontrasepsi lain untuk 2 hari).   
3. Menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid (bila menyusui penuh, tidak memerlukan kontrasepsi tambahan).          

Selain itu, mini pil dapat digunakan saat :     
1. Bila sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin ganti dengan mini pil. Pil dapat segera diberikan dan tidak perlu menunggu haid berikutnya, apabila penggunaan kontrasepsi sebelumnya digunakan dengan benar dan tidak hamil.           
2. Bila sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi suntikan dan ingin ganti mini pil. Pil dapat diberikan pada jadual suntikan berikutnya dan tidak memerlukan metode kontrasepsi tambahan lain.        

b. Cara Minum Mini Pil atau Pil Progestin    
Di bawah ini merupakan petunjuk minum pil progestin atau mini pil, yaitu: 
1. Mini pil diminum setiap hari pada saat yang sama sampai habis.  
2. Pil pertama sebaiknya diminum pada saat hari pertama siklus haid.         
3. Metode barier digunakan pada hari ke tujuh atau 4-6 minggu post partum walaupun haid belum kembali.        
4. Pada pasien 9 bulan post partum sebaiknya beralih menggunakan pil kombinasi karena efektifitas mini pil mulai menurun.        
5. Bila pasien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, minum pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain jika akan melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.    
6. Meskipun pasien belum haid, mulai paket baru sehari setelah paket terakhir habis.
7. Bila pasien mendapat haid teratur setiap bulan dan kehilangan 1 siklus (tidak haid), atau merasa hamil, maka lakukan tes kehamilan.           
8. Apabila pasien mengalami spotting atau perdarahan selama masa interval, tetap minum pil sesuai jadual (perdarahan biasa terjadi selama bulan-bulan pertama).
9. Apabila pasien mengalami kram, nyeri perut hebat atau demam maka segera periksa ke pelayanan kesehatan.   
10. Sarankan pada pasien untuk menggunakan kondom ataupun spermisida selain memakai mini pil apabila kemungkinan terinfeksi penyakit menular seksual (termasuk HBV dan HIV/AIDS) atau lupa minum pil. 

c. Aturan Pil Lupa      
Cara minum pil-pil yang terlupa selama 7 hari pertama antara lain:   
1. Bila lupa minum pil atau terlambat minum pil, segera minum pil saat ingat dan gunakan metode barier selama 48 jam.    
2. Bila pasien lupa minum 1 atau 2 pil, segera minum pil yang terlupa dan gunakan metode barier sampai akhir bulan.           

d. Hal yang Perlu Disampaikan pada Pasien 
Informasi yang perlu disampaikan pada pasien antara lain:   
1. Penggunaan mini pil akan merubah pola haid terutama 2 atau 3 bulan pertama. Pada umumnya perubahan pola haid ini hanya bersifat sementara dan tidak mengganggu kesehatan.           
2. Penggunaan mini pil akan menimbulkan efek samping seperti mual, pusing, ataupun nyeri payudara.    
3. Efektifitas penggunaan mini pil akan berkurang, bila pasien mengkonsumsi obat-obatan tuberkulosis ataupun epilepsi.          
4. Bila beberapa bulan mengalami haid teratur kemudian terlambat haid, kemungkinan terjadi kehamilan.
5. Bila mengeluh perdarahan bercak disertai nyeri hebat pada perut, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik.      
6. Masalah penglihatan kabur, nyeri kepala hebat, kemungkinan terjadi hipertensi atau masalah vaskuler. 
7. Segera ke pelayanan kesehatan apabila menjumpai masalah-masalah di atas.


BAB III         
    PENUTUP 


A. Kesimpulan           
1. Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral.  
2. Jenis-jenis dari pil KB ada 5, yaitu pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill, minipill, pil sekuenseal, once a month pill, dan morning after pill.
3. Penggunaan pil KB jenis pil oral kombinasi          
Kelemahan :   
a. Mahal         
b. Penggunaan pil harus diminum setiap hari   
c. Perdarahan bercak dan “breakthrough bleeding”. 
d. Ada interaksi dengan beberapa jenis obat (rifampisin, barbiturat, fenitoin, fenilbutason dan antibiotik tertentu).           
e. Tidak mencegah penyakit menular seksual, HBV, HIV/AIDS.    
Kelebihan:      
a. Sangat efektif sebagai kontrasepsi.
b. Resiko terhadap kesehatan sangat baik.    
c. Tidak mengganggu hubungan seksual.      
d. Mudah digunakan. 
e. Mudah dihentikan setiap saat.       

Penggunaan Pil Mini  
Kelebihan :     
a. Sangat efektif apabila digunakan secara benar.     
b. Tidak mempengaruhi air susu ibu. 
c. Nyaman, mudah digunakan.          
d. Tidak mengganggu hubungan seksual.      

Kelemahan :   
a. Mahal.        
b. Menjadi kurang efektif bila menyusui berrkurang.
c. “Breaktfrough bleeding” perdarahan bercaak, amenorea dan haid tidak teratur.  
d. Harus diminum setiap hari (bila lupa minnum maka kemungkinan hamil).           

4. Efek samping dari pil KB yaitu menimbulkan gejala subjektif dan objektif, serta akan menimbulkan mual/muntah, pusing, tegang pada payudara, chloasma, kulit berminyak, jerawat, keputihan, penambahan berat badan, dan gangguan pada menstruasi,
5. Kontra indikasi dari pil KB, yaitu :           
a. Kehamilan, 
b. Kecurigaan atau adanya Carcinoma mammae,      
c. Adanya neoplasma yang dipengaryhi oleh estrogen,         
d. Menderita penyakit thromboemboli atau varices yang luas,          
e. Faal hepar yang terganggu,
f. Perdarahan per vagina yang tidak diketahui sebabnya.     

6. Cara penggunaan pil KB yaitu pil ditelan setiap hari secara teratur, dianjurkan agar menelan pil pada malam hari (sebelum tidur, pada saat makan malam). Bila satu pil aktif lupa, maka segera telan setelah ingat.   

B. Saran         
Sebaiknya pil KB diminum menjelang tidur setiap hari sehingga resiko lupa dapat diperkecil karena salah satu faktor keberhasilan dalam penggunaan pil KB adalah kedisiplinan untuk meminum pil KB.  

DAFTAR PUSTAKA

Notoadmojo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT.Rineka Cipta. Jakarta
Saifuddin. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Praworohardjo
Sundquist. 2000. Kontrasepsi : Apa Yang Terbaik Bagi Anda. Arcan. Jakarta.
Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta
Wiryo. 2001. Gema Prima Perilaku. (Online). Tersedia : http//www.tempo.co.id